Pemulihan Kelistrikan Percepat Bangkitnya Aceh Tengah Pascabencana

Oleh: Dhita Karuniawati *)

Pemulihan pasokan listrik di 184 desa yang tersebar di Kabupaten Aceh Tengah menjadi tonggak penting dalam proses pemulihan pascabencana dan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Setelah sempat mengalami pemadaman akibat cuaca ekstrem, gangguan jaringan, serta kondisi geografis yang menantang, kembalinya aliran listrik secara bertahap telah membawa dampak signifikan bagi aktivitas sosial, ekonomi, pendidikan, dan layanan publik di wilayah dataran tinggi Gayo tersebut.

Aceh Tengah dikenal sebagai daerah dengan kontur pegunungan dan jarak antar desa yang cukup berjauhan. Kondisi ini membuat infrastruktur kelistrikan rentan terhadap gangguan, terutama saat hujan lebat, angin kencang, atau tanah longsor. Ketika pasokan listrik terhenti, warga tidak hanya kehilangan penerangan, tetapi juga akses terhadap berbagai kebutuhan dasar yang kini sangat bergantung pada energi listrik, mulai dari komunikasi hingga pengolahan hasil pertanian.

Pemulihan listrik di 184 desa tersebut merupakan hasil kerja intensif petugas kelistrikan yang berjibaku di lapangan. Proses perbaikan dilakukan dengan berbagai tantangan, seperti medan yang sulit, akses jalan terbatas, serta cuaca yang belum sepenuhnya bersahabat. Meski demikian, upaya ini terus dikebut demi memastikan masyarakat dapat kembali menjalani aktivitas normal. Bagi warga, kembalinya listrik bukan sekadar menyala lampu di malam hari, tetapi juga simbol bangkitnya harapan setelah masa sulit.

PT PLN (Persero) berhasil memulihkan jaringan distribusi listrik di 184 desa di Kabupaten Aceh Tengah pascabencana banjir bandang dan tanah longsor. Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo mengatakan bahwa pulihnya listrik warga desa ini seiring PLN telah menormalkan sebanyak 323 gardu distribusi listrik secara bertahap untuk melayani masyarakat terdampak bencana. PLN memprioritaskan pemulihan sistem kelistrikan demi mendukung aktivitas masyarakat di masa pemulihan bencana.

Sebagai langkah darurat untuk menjaga layanan vital tetap berjalan, PLN sebelumnya juga bekerja sama dengan TNI mengirimkan genset ke RSUD Takengon melalui jalur udara, guna memastikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat tetap berlangsung.

Meskipun sebagian besar wilayah mulai menyala, proses pemulihan sepenuhnya masih terkendala oleh rusaknya infrastruktur jalan dan kondisi cuaca yang tidak menentu. Hal ini menghambat mobilisasi alat berat dan material ke lokasi-lokasi yang masih terisolasi.

General Manager PLN Unit Induk Distribusi (UID) Aceh, Eddi Saputra, mengatakan bahwa timnya masih berjuang menormalkan 139 gardu distribusi tambahan yang masih terdampak, diantaranya di Takengon.

Darmawan menambahkan, begitu akses jalan aman untuk dilalui armada pengangkut material, personel PLN akan segera melakukan percepatan perbaikan dan pendirian kembali jaringan distribusi yang terdampak.

Upaya kerja keras tim di lapangan mendapat apresiasi dari Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah. Bupati Aceh Tengah, Haili Yoga, menyampaikan terima kasih atas dedikasi petugas PLN yang tetap bekerja di tengah kondisi medan yang sulit.

Halili mengatakan atas nama pemerintah dan seluruh masyarakat Kabupaten Aceh Tengah, pihaknya mengucapkan terima kasih kepada PLN. Hingga hari ini, para petugas PLN masih terus bertugas di lapangan. Proses pemulihan masih berjalan, dan sudah sepantasnya apresiasi setinggi-tingginya diberikan atas kerja keras seluruh tim yang melayani masyarakat.

Dari sisi ekonomi, dampak pemulihan listrik sangat terasa. Sebagian besar masyarakat Aceh Tengah menggantungkan hidup pada sektor pertanian dan perkebunan, khususnya kopi Gayo yang telah dikenal hingga mancanegara. Dengan listrik yang kembali stabil, para petani dan pelaku usaha kecil dapat mengoperasikan mesin pengolahan hasil panen, seperti mesin pengering kopi, penggiling, dan peralatan penyimpanan. Hal ini membantu menjaga kualitas produk serta mempercepat proses produksi, sehingga pendapatan masyarakat dapat kembali meningkat.

Selain pertanian, sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) juga merasakan manfaat besar dari pulihnya pasokan listrik. Warung, bengkel, usaha pengolahan makanan, hingga toko kelontong dapat kembali beroperasi secara normal. Aktivitas ekonomi desa yang sempat terhenti perlahan menggeliat, menciptakan perputaran uang yang berdampak positif bagi kesejahteraan warga. Bagi pelaku usaha, kepastian listrik menjadi faktor penting untuk menjaga kepercayaan pelanggan dan keberlangsungan usaha.

Pemulihan listrik di Aceh Tengah tidak lepas dari koordinasi antara pemerintah daerah, perusahaan penyedia listrik, serta dukungan masyarakat setempat. Warga turut berperan aktif dengan membantu petugas di lapangan, memberikan informasi mengenai kondisi jaringan, dan menjaga infrastruktur yang telah diperbaiki. Sinergi ini menjadi kunci keberhasilan percepatan pemulihan di wilayah yang memiliki tantangan geografis cukup berat.

Pemulihan listrik di 184 desa ini diharapkan menjadi momentum untuk memperkuat ketahanan infrastruktur kelistrikan di Aceh Tengah. Upaya perbaikan dan pemeliharaan jaringan secara berkala, peningkatan kualitas tiang dan kabel, serta pemanfaatan teknologi yang lebih adaptif terhadap kondisi alam menjadi langkah penting agar gangguan serupa dapat diminimalkan. Selain itu, edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga fasilitas listrik juga perlu terus dilakukan.

Bagi warga Aceh Tengah, listrik bukan lagi sekadar fasilitas tambahan, melainkan kebutuhan pokok yang menentukan kualitas hidup. Dengan pasokan listrik yang kembali pulih dan stabil, masyarakat memiliki peluang lebih besar untuk berkembang, meningkatkan kesejahteraan, serta mengejar ketertinggalan di berbagai sektor. Pemulihan listrik di 184 desa ini menjadi bukti bahwa infrastruktur yang andal adalah fondasi utama bagi pembangunan daerah dan peningkatan kualitas hidup masyarakat secara berkelanjutan.

*) Penulis adalah Kontributor Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *