Oleh : Aditya Anggara )*
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang kini telah menjangkau 39 juta penerima menjadi salah satu tonggak penting dalam perjalanan bangsa menuju kemandirian gizi dan kesehatan masyarakat. Di tengah tantangan ketimpangan sosial, tingginya angka stunting, serta keterbatasan akses terhadap pangan bergizi di sebagian wilayah Indonesia, program ini hadir sebagai jawaban nyata atas komitmen pemerintah dalam membangun sumber daya manusia unggul sejak dini. Capaian tersebut bukan sekadar angka statistik, tetapi simbol nyata dari tekad pemerintah untuk memastikan setiap anak Indonesia tumbuh sehat, cerdas, dan berdaya saing.
Program MBG dirancang dengan pendekatan menyeluruh yang tidak hanya berorientasi pada pemenuhan gizi, tetapi juga membangun kesadaran kolektif akan pentingnya pola makan sehat. Melalui distribusi makanan bergizi di sekolah-sekolah, pesantren, dan komunitas rentan, program ini menargetkan anak-anak dan kelompok masyarakat yang selama ini paling membutuhkan. Dengan demikian, MBG tidak hanya menyehatkan tubuh, tetapi juga menumbuhkan kepercayaan diri dan semangat belajar generasi muda Indonesia.
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana mengungkapkan bahwa Program Makan Bergizi Gratis (MBG) telah menjangkau 39,2 juta penerima manfaat dengan serapan anggaran mencapai Rp35 triliun per 28 Oktober 2025. Dadan menambahkan bahwa pemerintah optimistis mampu mengejar target hingga 82,9 juta penerima manfaat sampai akhir tahun 2025.
Capaian 39 juta penerima ini juga menjadi bukti bahwa sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat berjalan dengan baik. Dalam pelaksanaannya, MBG melibatkan berbagai pihak mulai dari kementerian terkait, lembaga pendidikan, hingga kelompok masyarakat sipil. Kolaborasi tersebut menjadikan program ini bukan hanya proyek pemerintah semata, tetapi gerakan nasional yang mengakar di tengah masyarakat. Dengan keterlibatan petani lokal dan pelaku usaha mikro dalam penyediaan bahan pangan, MBG juga memberikan dampak ekonomi nyata bagi daerah.
Dari sisi kesehatan publik, MBG menjadi strategi pencegahan yang efektif terhadap masalah gizi kronis seperti stunting dan anemia. Berdasarkan sejumlah laporan, anak-anak yang rutin menerima makanan bergizi menunjukkan peningkatan berat badan dan tinggi badan yang signifikan dibandingkan mereka yang tidak. Selain itu, pengetahuan gizi yang diajarkan melalui program ini mendorong keluarga untuk menerapkan pola makan sehat di rumah. Dengan cara ini, MBG menanamkan kebiasaan baik yang berkelanjutan dan membentuk fondasi kuat bagi generasi sehat di masa depan.
Program ini juga menjadi refleksi nyata dari semangat pemerataan pembangunan yang diusung oleh pemerintahan Prabowo-Gibran. Tidak hanya fokus pada infrastruktur fisik, pemerintah juga menempatkan pembangunan manusia sebagai prioritas utama. Kesejahteraan masyarakat tidak akan pernah tercapai tanpa kesehatan yang baik dan gizi yang memadai. Karena itu, MBG hadir bukan sekadar sebagai kebijakan sosial, melainkan sebagai investasi jangka panjang bagi masa depan bangsa.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan mengatakan bahwa beberapa regulasi utama untuk mendukung penyelenggaraan program MBG sudah rampung. Pemerintah menargetkan pelaksanaan penuh program itu untuk menjangkau 82,9 juta penerima manfaat pada awal tahun depan. Pihaknya juga mengatakan program MBG merupakan salah satu program utama pemerintah karena dampaknya luas, baik bagi peningkatan gizi masyarakat maupun sektor ekonomi.
Selain memberikan manfaat kesehatan, MBG juga menjadi instrumen penting dalam memperkuat ketahanan pangan nasional. Dengan memberdayakan petani dan memanfaatkan produk pangan lokal, pemerintah memastikan bahwa rantai pasok makanan bergizi berjalan secara mandiri dan berkelanjutan. Penggunaan bahan lokal seperti telur, ikan, sayur, dan buah dari petani sekitar menumbuhkan ekonomi desa sekaligus menjaga keberagaman pangan Indonesia. Langkah ini juga sejalan dengan semangat kedaulatan pangan, di mana Indonesia tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan makan rakyatnya, tetapi juga melakukannya dengan potensi dan sumber daya sendiri.
Tidak kalah penting, keberhasilan MBG dalam menjangkau 39 juta penerima memperlihatkan kemampuan pemerintah dalam mengelola program berskala besar dengan efisiensi tinggi. Transparansi distribusi, pengawasan mutu makanan, serta sistem pelaporan yang terintegrasi menjadi pilar keberhasilan program ini. Dalam konteks tata kelola pemerintahan modern, MBG menjadi contoh konkret bahwa kebijakan publik yang dirancang dengan cermat dan dijalankan dengan hati dapat menghasilkan dampak besar bagi kesejahteraan rakyat.
Capaian ini juga membawa pesan optimisme bagi seluruh bangsa. Ketika kebutuhan dasar seperti pangan bergizi dapat dijamin oleh negara, masyarakat memiliki ruang lebih luas untuk berkembang dan berkontribusi. Anak-anak yang sehat hari ini akan menjadi generasi produktif yang memajukan bangsa di masa depan. Dengan semangat gotong royong dan kesadaran gizi yang semakin meningkat, Indonesia perlahan namun pasti melangkah menuju masa depan tanpa kelaparan dan kekurangan gizi.
Pada akhirnya, MBG bukan sekadar program sosial, tetapi sebuah gerakan kebangsaan. Gerakan yang menanamkan nilai kepedulian, keadilan, dan solidaritas di tengah masyarakat. Dengan 39 juta penerima yang merasakan langsung manfaatnya, MBG menjadi bukti bahwa Indonesia mampu membangun dari perut rakyatnya, menumbuhkan harapan, memperkuat masa depan, dan membentuk generasi emas yang sehat dan berdaya saing tinggi. Ini adalah langkah besar menuju Gizi Nasional, menuju Indonesia yang kuat dan bermartabat.
)* Pengamat kebijakan publik

 
			 
			 
			