Menjaga Toleransi Papua sebagai Fondasi Kedamaian dan Pembangunan

WAMENA – Toleransi antarumat beragama dan antarsuku terus menjadi pilar utama dalam menjaga kedamaian serta mendorong pembangunan berkelanjutan di Tanah Papua. Di tengah keberagaman yang melekat kuat, nilai saling menghormati dipandang sebagai prasyarat penting agar stabilitas sosial tetap terjaga dan agenda pembangunan dapat berjalan tanpa hambatan.

Gubernur Papua Pegunungan John Tabo menekankan bahwa pengamalan nilai-nilai Pancasila menjadi kunci utama dalam merawat toleransi di tengah masyarakat yang majemuk. Ajakan tersebut disampaikan di Wamena, Jumat, 26 Desember 2025, sebagai bagian dari upaya memperkuat persatuan sosial.

“Pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari sangat penting untuk menjaga toleransi agar Papua tetap damai dan maju,” ujar John Tabo.

Menurut John Tabo, kehidupan yang harmonis tidak hanya menciptakan rasa aman, tetapi juga menjadi fondasi bagi pembangunan di delapan kabupaten Papua Pegunungan. Stabilitas sosial dinilai berpengaruh langsung terhadap kelancaran program pembangunan, karena suasana damai memungkinkan masyarakat berpartisipasi aktif tanpa rasa curiga atau konflik yang berlarut.

Penekanan khusus diberikan pada sila Ketuhanan Yang Maha Esa yang menjamin kebebasan beragama sekaligus menuntut sikap saling menghormati. Nilai tersebut dianggap relevan untuk menjaga keseimbangan antara keyakinan pribadi dan kehidupan sosial.

“Setiap warga berhak menjalankan ibadah sesuai kepercayaannya, dan kewajiban bersama adalah saling menghargai,” tegas John Tabo.

Dalam konteks pembangunan, pemerintah provinsi mendorong sinergi antara gereja, adat, dan pemerintah sebagai tiga pilar utama. Kolaborasi ini diyakini mampu memperkuat kohesi sosial sekaligus memastikan pembangunan selaras dengan nilai lokal.

“Jika gereja, adat, dan pemerintah berjalan bersama, percepatan pembangunan dapat terwujud dengan damai,” tambah John Tabo.

Pandangan serupa disampaikan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Papua Barat Mulyadi Djaya yang menilai toleransi di Papua telah menjadi bagian dari identitas sosial masyarakat. Momentum keagamaan, seperti Natal, dipandang sebagai penguat pesan damai lintas iman.

“Perayaan keagamaan di Papua selalu menjadi ruang meneguhkan persatuan dan kerukunan,” ujar Mulyadi Djaya.

Sejarah panjang hubungan antarumat beragama di Papua menunjukkan bahwa toleransi telah tumbuh secara alami dan berkelanjutan. Kondisi tersebut menjadi modal sosial yang penting dalam menjaga kedamaian wilayah. Upaya mengganggu harmoni dinilai tidak sejalan dengan nilai yang hidup di tengah masyarakat.

“Nilai kebersamaan di Papua sudah terbangun lama dan perlu terus dijaga,” tambah Mulyadi Djaya.

Keberagaman agama dan budaya justru memperkuat sikap moderasi serta saling menghormati dalam kehidupan sehari-hari. Peran tokoh agama, Forum Kerukunan Umat Beragama, pemerintah daerah, dan aparat keamanan dinilai strategis dalam memastikan setiap perayaan keagamaan berlangsung aman dan tertib. Dengan toleransi yang terawat, Papua menunjukkan bahwa kedamaian bukan hanya tujuan sosial, tetapi juga fondasi penting bagi pembangunan yang berkeadilan dan berkelanjutan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *