Oleh: Dani Surya )*
Pemerintah Indonesia kembali menunjukkan komitmen serius dalam membangun fondasi sumber daya manusia unggul melalui peluncuran program Sekolah Garuda. Langkah strategis ini diarahkan sebagai upaya nyata untuk meningkatkan daya saing bangsa, menyusul tantangan global yang menuntut kecakapan tinggi, karakter kuat, serta wawasan internasional yang selaras dengan nilai-nilai kebangsaan. Sekolah Garuda bukan sekadar inovasi pendidikan, tetapi manifestasi dari visi besar negara dalam menyiapkan generasi penerus yang mampu bersaing di tingkat dunia.
Melalui Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, pemerintah merancang program ini sebagai institusi pendidikan unggulan yang mampu menjangkau potensi anak-anak Indonesia dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi, dan geografis. Penekanan pada tiga aspek seleksi yaitu, prestasi akademik, kondisi ekonomi, serta asal daerah mencerminkan pendekatan holistik yang tidak semata mementingkan kecerdasan, tetapi juga menjamin keterwakilan dari seluruh elemen bangsa. Langkah ini sekaligus memperkuat prinsip inklusivitas dan keadilan sosial dalam sistem pendidikan nasional.
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Stella Crishtie, menekankan bahwa keberagaman peserta didik merupakan salah satu kunci utama dalam pembentukan karakter kepemimpinan nasional. Dengan menyatukan siswa dari berbagai pelosok Indonesia dalam satu ekosistem pendidikan berkualitas, program ini diharapkan mampu menumbuhkan empati lintas budaya, memperkuat integrasi nasional, dan membentuk pemimpin masa depan yang memahami kompleksitas sosial bangsa.
Rancangan pembangunan Sekolah Garuda dilakukan dalam dua jalur utama: pembangunan sekolah baru dan transformasi sekolah unggulan yang telah ada. Hingga tahun 2029, pemerintah menargetkan berdirinya 40 Sekolah Garuda yang terdiri dari 20 institusi baru serta 20 sekolah hasil transformasi. Untuk tahap awal pada 2025, empat sekolah baru akan mulai dibangun, sementara dua belas sekolah lainnya akan bertransformasi dengan dukungan penuh dari negara. Penetapan lokasi dilakukan secara cermat, mengutamakan daerah-daerah yang selama ini belum tersentuh akses pendidikan menengah berkualitas, seperti di Nusa Tenggara Timur, Bangka Belitung, dan Papua Tengah.
Seluruh sekolah yang tergabung dalam program ini akan dilengkapi dengan fasilitas asrama dan kurikulum berstandar internasional. Tenaga pengajar pun direkrut melalui mekanisme ketat yang menggabungkan sistem perekrutan ASN dan pelibatan tenaga profesional dari luar negeri. Dengan rasio ideal antara jumlah guru dan siswa, serta dukungan infrastruktur modern, Sekolah Garuda dirancang untuk menjadi model institusi pendidikan yang mampu menyamai, bahkan melampaui, standar global.
Direktur Jenderal Sains dan Teknologi, Ahmad Najib Burhani, menjelaskan bahwa salah satu hambatan utama dalam mendorong anak-anak Indonesia ke universitas-universitas top dunia terletak pada kurangnya akses terhadap informasi dan bimbingan yang memadai sejak jenjang pendidikan menengah.
Program Sekolah Garuda hadir untuk menjawab persoalan ini secara sistematis. Dengan penyusunan kurikulum yang relevan dan program pendampingan yang terstruktur, siswa dipersiapkan sejak dini untuk dapat menembus perguruan tinggi kelas dunia, baik dari segi kemampuan akademik maupun pemahaman sistem seleksi internasional.
Sebagai bagian dari strategi jangka panjang, pemerintah juga tengah mempersiapkan sistem beasiswa dan pendanaan yang dapat mendukung keberlanjutan pendidikan lulusan Sekolah Garuda. Upaya ini mencerminkan bahwa pendidikan tidak lagi dipandang sebagai tanggung jawab individu semata, melainkan sebagai investasi negara dalam membentuk generasi masa depan yang mampu membawa Indonesia keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah dan menuju kelas atas secara berkelanjutan.
Dukungan terhadap program ini juga datang dari para pemangku kepentingan di sektor pendidikan. Pendiri Global Darussalam Akademi, Muhammad Romahurmuziy, memandang Sekolah Garuda sebagai inisiatif strategis yang sangat dibutuhkan dalam menjawab ketertinggalan Indonesia di panggung global. Ia menilai bahwa rendahnya representasi mahasiswa Indonesia di kampus-kampus terbaik dunia menjadi sinyal kuat perlunya perbaikan menyeluruh pada ekosistem pendidikan nasional, dimulai dari jenjang menengah.
Romahurmuziy menyoroti perbandingan tajam antara Indonesia dan negara tetangga seperti Vietnam dalam hal jumlah mahasiswa di Amerika Serikat sebagai indikator penting. Ketimpangan tersebut menjadi alasan mendesak bagi pemerintah untuk menghadirkan sistem pendidikan unggulan yang mampu mengangkat kapasitas intelektual anak bangsa hingga ke level tertinggi. Ia meyakini bahwa dengan mencetak sekitar satu persen siswa unggul dari total kelahiran tahunan Indonesia, transformasi sosial dalam skala besar dapat dicapai dalam waktu relatif singkat.
Lebih lanjut, Romahurmuziy menekankan perlunya sinergi antara pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan keberhasilan Sekolah Garuda. Negara, menurutnya, tidak bisa berjalan sendiri. Peran aktif masyarakat, sektor swasta, serta lembaga pendidikan non-pemerintah menjadi faktor penting dalam membangun ekosistem pendidikan yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga kuat secara moral dan spiritual. Visi ini sangat sejalan dengan konsep pendidikan nasional yang menyeimbangkan aspek intelektual, jasmani, dan karakter.
Kepercayaan penuh pemerintah terhadap program ini mencerminkan optimisme yang dilandaskan pada perencanaan matang dan visi jangka panjang. Sekolah Garuda diharapkan bukan hanya menjadi simbol kemajuan pendidikan, tetapi juga titik tolak lahirnya generasi emas Indonesia yang siap berkompetisi di dunia internasional tanpa kehilangan akar budaya dan nasionalisme. Melalui keberadaan institusi ini, cita-cita Indonesia Emas 2045 tidak lagi menjadi harapan kosong, melainkan tujuan yang sedang dilalui dengan langkah-langkah pasti dan terukur.
Sekolah Garuda menjadi bukti bahwa pemerintah tidak tinggal diam dalam menghadapi tantangan global. Sebaliknya, negara hadir dan bertindak, membangun masa depan melalui pendidikan unggul yang akan menempatkan Indonesia di posisi terhormat dalam tatanan dunia baru.
)* Penulis adalah pengamat kebijakan publik