Oleh: Adi Cipta )*
Tim gabungan pemerintah terus bergerak menembus berbagai akses yang terputus akibat banjir besar yang melanda sejumlah wilayah. Upaya terpadu ini menjadi cerminan kesiapsiagaan negara dalam memastikan keselamatan masyarakat tetap terjaga di tengah kondisi alam yang tidak bersahabat.
Di Aceh Selatan, ratusan warga di Kecamatan Trumon Tengah harus dievakuasi setelah debit air meningkat drastis dan merendam permukiman hingga setinggi dada orang dewasa. Dalam situasi yang menuntut kecepatan dan ketepatan, TNI, Polri, BPBD, dan para relawan bekerja tanpa henti untuk membawa warga ke lokasi aman.
Komandan Kodim 0107 Aceh Selatan, Letkol Inf Andrino DN Lubis, menjelaskan bahwa proses evakuasi berlangsung sejak malam hari dengan kondisi minim pencahayaan. Ia menegaskan bahwa meningkatnya debit banjir menyebabkan ratusan warga harus segera dipindahkan ke dua titik pengungsian, yakni posko Brimob Polda Aceh dan Posko Cot Bayu.
Penempatan warga ke lokasi tersebut difokuskan pada perlindungan kelompok rentan yang memerlukan penanganan cepat, mulai dari lansia hingga ibu hamil. Ia menilai bahwa langkah penyelamatan tidak dapat ditunda karena ketinggian air telah mencapai batas mengkhawatirkan.
Tim di lapangan harus menembus genangan dengan ketinggian mencapai satu setengah meter. Segala risiko diperhitungkan untuk memastikan jalur evakuasi tidak dilewati arus berbahaya atau material yang terbawa banjir. Dengan perahu karet dan peralatan keselamatan, aparat memastikan setiap warga dapat dievakuasi dengan aman.
Dalam koordinasinya, Letkol Andrino meminta masyarakat tetap tenang dan mengikuti arahan petugas agar proses berjalan cepat dan tertib. Para babinsa juga dikerahkan untuk memantau perkembangan banjir dan melaporkan kondisi terbaru secara berkala sebagai bagian dari komando terpadu pemerintah.
Sementara upaya penanganan di Aceh berlangsung intensif, situasi di Sumatra Utara menunjukkan tantangan berbeda. Kepala BNPB, Suharyanto, mengungkapkan bahwa sebagian wilayah Tapanuli Utara, Sibolga, dan Tapanuli Tengah masih sulit dijangkau karena kerusakan parah akibat banjir dan longsor.
Jalan yang menghubungkan beberapa titik terdampak belum dapat dilalui, sehingga distribusi bantuan terhambat. Meski begitu, ia menyampaikan bahwa kondisi terus membaik dari hari ke hari. Pemerintah pusat bersama TNI, Polri, dan Dinas PU tidak berhenti berupaya membuka akses darat agar penyaluran bantuan dapat kembali normal.
Kerusakan panjang di titik longsor membuat jalur tersebut membutuhkan waktu beberapa hari lagi untuk dapat ditembus. Meskipun pengawasan udara telah dilakukan oleh pejabat daerah dan petinggi instansi keamanan, kondisi di lapangan belum memungkinkan penggunaan jalur tersebut sepenuhnya.
Karena adanya warga yang masih bertahan di lokasi terisolir, BNPB memutuskan mengirim puluhan prajurit berjalan kaki membawa logistik dasar. Tindakan ini mempertegas komitmen pemerintah bahwa tidak satu pun warga dibiarkan tanpa bantuan meski akses darat terhambat.
Selain mengirimkan pasukan langsung ke lokasi terisolir, pemerintah juga menggunakan jalur udara untuk menjatuhkan logistik ke titik-titik yang belum dapat dilalui. Bantuan yang dikirimkan mencakup kebutuhan dasar seperti air minum, beras, dan makanan siap saji. Upaya ini dilakukan agar warga tetap mendapatkan pasokan selama menunggu jalan kembali terbuka. Koordinasi lintas lembaga, dari pemerintah pusat hingga daerah, memastikan tidak ada celah dalam proses penanganan bencana.
Di Aceh Tamiang, perkembangan positif mulai terlihat ketika akses Aceh–Sumut secara bertahap kembali normal setelah sebelumnya lumpuh total. Bupati Aceh Tamiang, Armia Fahmi, menyampaikan bahwa kendaraan besar sudah kembali melintasi jalur Seumadam meski masih terdapat sisa lumpur dan genangan. Normalisasi jalan ini mempercepat pergerakan logistik dan alat berat menuju titik terdampak yang membutuhkan penanganan lanjutan. Dengan terbukanya akses, proses bantuan dapat berlangsung lebih lancar dan terstruktur.
Walau akses utama kembali pulih, tim gabungan tetap bekerja keras mencari warga yang masih belum ditemukan. Jumlah korban meninggal yang terdata mencapai puluhan orang, sehingga pencarian tidak boleh terhenti. Pemerintah daerah juga menyalurkan bantuan melalui jalur sungai dan udara karena beberapa jembatan masih terputus.
Di Kecamatan Sekerak, bantuan dikirim menggunakan sampan menuju desa-desa yang terisolir, termasuk Desa Sekumur yang rumah penduduknya hanyut terbawa banjir. Bantuan untuk seribu warga telah berhasil disalurkan, menegaskan bahwa upaya pemerintah menjangkau wilayah terisolir tidak terhambat kendala lokasi.
Untuk mempercepat jangkauan penyaluran, pemerintah kabupaten mengajukan penambahan helikopter dari Mabes Polri. Langkah ini diambil agar masyarakat terdampak mendapatkan bantuan secara merata tanpa harus menunggu akses darat pulih sepenuhnya. Keputusan tersebut menunjukkan bagaimana pemerintah bertindak adaptif terhadap kondisi lapangan, menggunakan seluruh opsi transportasi untuk memastikan kebutuhan masyarakat terpenuhi.
Seluruh rangkaian upaya ini menegaskan bahwa penanganan banjir tidak hanya bergantung pada satu instansi, melainkan kerja sama seluruh unsur negara. Pemerintah pusat, aparat keamanan, pemerintah daerah, serta relawan bergerak dalam satu koordinasi untuk membuka akses, mengevakuasi warga, dan menyalurkan logistik. Kecepatan respons dan ketegasan dalam pengambilan keputusan menjadi kunci agar masyarakat terdampak dapat segera bangkit dari situasi sulit.
Dengan berbagai langkah nyata dan terukur, pemerintah menegaskan bahwa keselamatan warga adalah hal yang paling utama. Di tengah kondisi cuaca ekstrem dan kerusakan infrastruktur, semangat kebersamaan antarinstansi menjadi fondasi utama pemulihan. Upaya ini diharapkan terus berlanjut hingga seluruh wilayah kembali aman, akses pulih sepenuhnya, dan masyarakat dapat melanjutkan aktivitas dengan rasa aman.
